MAKALAH
PERKEMBANGAN
PENDUDUK INDONESIA
Di
Susun oleh :
Nama : Mochamad Faris
Ilham
Kelas :
1IB04
NPM :
14415213
Fakultas
Teknologi Industri
Universitas
Gundarma
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, karunia serta nikmat-Nya kepada kita semua
khususnya pada diri penulis sehingga penulisan makalah ini telah diselesaikan.
Sholawat serta salam tak lupa pula kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menjaga dan melaksanakan
perintah agama sebagaiman Rasul memberikan pengajaran kepada umatnya, yang
semata-mata adalah memberikan cahaya islam kedalam kehidupan manusia.
Penulis
menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah tanpa bantuan dari berbagi pihak
tidak akan terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-satu dalam
membantu penyelesaian makalah ini. Selain itu penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan
ataupun kekeliruan dari berbagai segi, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik, saran serta masukan yang bersifat membangun dari pembaca agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………....................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….............................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………..
.....................................1
1.2 Maksud dan
Tujuan………………………………………………....................................1
1.3 Ruang Lingkup
Masalah…………………………………..............................…...…........2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Perkembangan Penduduk
Indonesia..................................................................3
2.2 Pertambahan Penduduk dan
Lingkungan Permukiman.......................................................4
2.3 Pertumbuhan Penduduk dan
Tingkat
Pendidikan...............................................................8
2.4 Pertumbuhan Penduduk dan
Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup..............10
2.5 Pertumbuhan Penduduk dan
Kelaparan...........................................................................11
2.6 Kemiskinan dan
Kelatarbelakangan................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.....................……………………………………..........................................15
3.2
Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Laju
pertumbuhan penduduk merupakan permasalahan krusial yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang di dunia, khususnya negara-negara berpenduduk besar
dan padat sperti Indonesia. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar
yang diperoleh mengenai jumlah kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya
yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia
sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor
empat di dunia, juga menghadapi persoalan yang serupa.
Laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia senantiasa mengalami peningkatan. Hal ini
tercermin dari hasil sensus penduduk 2010, Indonesia menunjukkan gejala ledakan
penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 tercatat 237,6 juta jiwa dengan
laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun, sementara pada tahun 2008 masih tercatat
288,53 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ini jika tetap pada angka itu, pada
2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 450 juta jiwa. Peningkatan
penduduk yang tinggi ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak
dikendalikan (BKKBN, 2010).
Definisi
dari laju pertumbuhan penduduk itu sendiri adalah Angka yang menunjukan tingkat
pertambahan penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan
sebagai persentase dari penduduk dasar. Laju pertumbuhan penduduk dapat
dihitung menggunakan tiga metode, yaitu aritmatik, geometrik, dan eksponesial.
Metode yang paling sering digunakan di BPS adalah metode geometrik.
2) Maksud dan Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat memahami bagaimana
perkembangan pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini serta dampak dari
pertumbuhan penduduk itu terhadap berbagai bidang.
3) Ruang Lingkup
Adapun
ruang lingkup masalah yang akan dibahas pada makalah kali ini sebagai berikut:
a.
Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
b.
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman
c.
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
d.
Petumbuhan Penduduk dan Penyakit yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup
e.
Pertumbuhan Penduduk dan Kelaparan
f.
Kemiskinan dan Keterbelakangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Perkembangan Penduduk Indonesia
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per
waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada
semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan
untuk merujuk pada perubahan penduduk dunia.
Maka
yang melandasi perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya kelahiran di
bandingkan dengan kematian dan banyaknya imigran dari desa ke kota yang
menumpuknya manusia di kota dan sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya
imigran dari desa ke kota dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan
pekerjaan dibandingkan dengan di kota-kota yang membuat orang desa mencari
makan di kota dan menyebabkan banyaknya atau menumpuknya orang di kota.
Perkembangan
penduduk di Indonesia dikarenakan banyaknya atau meningkatnya data kelahiran
per hari di bandingkan data kematian per hari yang mengakibatnya banyaknya
kehidupan tidak sebanding banyaknya kematian yang mengakibatkan penumpukan atau
pertambahan penduduk di Indonesia semakin tahun semakin bertambah
Hasil
sensus penduduk 2010 tercatat 237,6 juta jiwa sebagai bukti pertumbuhan
penduduk Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS. Karena proyeksi
semula, tahun 2010 baru berjumlah 234,2 juta dan tahun 2015 berkisar 237,8 juta
jiwa. Kenyataannya, tahun 2010 penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta
jiwa.
Demikian
diungkapkan direktur Jaminan dan Pelayanan KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam
acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id,
Sabtu (25/9/2010). Ia mengingatkan, jika program KB diabaikan maka pertumbuhan
penduduk Indonesia tak terkendali.
"Pengnedalian
penduduk harus menjadi prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup
meningkat sehingga tanpa pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk.
Jumlah penduduk 237,6 juta mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun
2015 yakni 237,8 juta jiwa. Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan
melencengnya proyeksi itu, jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun
2015," ujar dia.
Pemerintah
mempunyai target baru. Pada 2014 ditargetkan angka fertilitas total (angka
kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan
pengguna kontrasepsi 61,4 persen. Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan
'unmeet need' 5 persen dan usia kawin pertama 21 tahun.
Kendala
program KB adalah otonomi daerah yang mengakibatkan keterputusan koordinasi dan
implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang
khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan
KB (PLKB) juga tergerus karena kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk
mengedukasi dan memberikan konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan
keluarga dengan baik dan rasional.
2.2
Pertambahan Penduduk dan
Lingkungan Pemukiman
Tingkat
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali telah mengakibatkan munculnya
kawasan-kawasan permukiman kumuh dan squatter (permukiman liar). Untuk mencapai
upaya penanganan yang berkelanjutan tersebut, diperlukan penajaman tentang
kriteria permukiman kumuh dan squatter dengan memperhatikan kondisi sosial
ekonomi masyarakat serta lingkungannya. Pemahaman yang komprehensif kriteria
tersebut akan memudahkan perumusan kebijakan penanganan serta penentuan
indikator keberhasilannya.
Rumah
pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia selain sandang
dan pangan, juga pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu maka dalam upaya
penyediaan perumahan lengkap dengan sarana dan prasarana permukimannya,
semestinya tidak sekedar untuk mencapai target secara kuantitatif (baca:
banyaknya rumah yang tersedia), semata-mata, melainkan harus dibarengi pula
dengan pencapaian sasaran secara kualitatif (baca: mutu dan kualitas rumah
sebagai hunian), karena berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia selaku
pemakai. Artinya bahwa pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang
layak, akan dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Bahkan di dalam masyarakat Indonesia perumahan merupakan pencerminan dan
pengejawatahan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam
satu kesatuan dan kebersamaan dalam lingkungan alamnya.
Ujung dari semua ledakan penduduk itu
adalah kerusakan lingkungan dengan segala dampka ikutannya seperti menurunnya
kualitas pemukiman dan lahan yang ditelantarkan, serta hilangnya fungsi ruang
terbuka. Dampak lonjakan populasi bagi lingkungan sebenarnya tidak sederhana.
Persoalannya rumit mengingat persoalan terkait dengan manusia dan lingkungan
hidup. Butuh kesadaran besar bagi tiap warga negara, khusunya pasangan yang
baru menikah, untuk merencanakan jumlah anak.
2.3
Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pendidikan
Suatu
wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah-
masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah
lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas-fasilitas sosial,
pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang
padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan
tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat
menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga
memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat
dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami
depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak
dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini
bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat.
Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara.
Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju
kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk merupakan pelaku pembangunan.
Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan
ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk
melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia
kawin pertama. Di negara-negara yang anggaran pendidikannya rendah, biasanya
menunjukkan angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang
kurang, tetapi komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang
dengan cepat juga berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah
anak usia sekolah akan terus berkurang.
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat,
karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik, Akibatnya
fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Pertambahan
penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
pendidikan, cenderung untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan
fasilitas pendidikan menghambat program persamaan atau perimbangan antara
pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Oleh
karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit
sekali. Hal ini disebabkan karena :
a.
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
b.
Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana
pendidikan.
c.
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah sehingga belum dapat memenuhi
Kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Dampak
yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah:
1.
Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli
dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat
diperlukan dalam pembangunan.
2.
Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal
yang baru. Hal ini nampak dengan ketidak mampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini
apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan
dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang
banyak, lebih mempersulit masalah ini. Helen Callaway, seorang ahli antropologi
Amerika yang mempelajari masyarakat buta huruf, menyimpulkan bahwa perkembangan
ekonomi dan perluasan pendidikan dasar telah memperluas jurang pemisah antara
pria dan wanita. Hampir di mana – mana pria diberikan prioritas untuk
pendidikan umum dan latihan – latihan teknis. Mereka adalah orang – orang yang
mampu menghadapi tantangan – tantangan dalam dunia. Sebaliknya pengetahuan
dunia di tekan secara tajam pada tingkat yang terbawah.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada
keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang
budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan,
keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat
perkembangan berfikir anak – anak, berbicara dan kemauannya, di samping
kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak –
anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini padahal tingkat pendidikan
sangat siperlukan sebagai alat menyampaikan informasi kepada manusia tentang
perlunya perubahan dan untuk merangsang penerimaan gagasan – gagasan baru.
2.4 PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN
LINGKUNGAN HIDUP
Pertumbuhan penduduk adalah
perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Adapun faktor -
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan
perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan
perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi
masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi keluar adalah
mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada tempat orang
itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga kebanyakan
kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang melakukan migrasi.
Dalam dalam masalah ini maka
penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit yang melanda
penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman
yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan
segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian
dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua
orang di lingkunan yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya
penggunaan teknologi medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
-usaha secara terintegrasi dari
semua sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan
masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang
berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup,
manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi keperluan-keperluan
kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila
lingkungan tidak lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air,
sanitasi, dan tempat perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya
sumber-sumber atau distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila
orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti
binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir
yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan
dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat
membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan
lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal
pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat.
2.6 Kemiskinan dan
Keterbelakangan
Salah satu wabah
penyakit yang melanda negara-negara yang sedang berkembang ialah kemiskinan dan
keterbelakangan. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena
dalam kenyataannya dua hal itu melemahkan fisik dan mental manusia yang
tentunya juga berdampak negative terhadap lingkungan. Kemiskinan dan
keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat dianggap
sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu kemiskinan di
mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak
kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik
lingkungan social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas
negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting,
gelandangan, pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia. Sebab-sebab
kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu
sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah
penduduk yang relatif berlebihan.
Kemiskinan dan
keterbelakangan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan,dll. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya
mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan
kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan
barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk
keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan
kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda
melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kartasasmita mengatakan
bahwa kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan
pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan.
Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas
aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat
lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Hal tersebut senada dengan yang
dikatakan Friedmann yang mengatakan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari
ketidak-samaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial. Namun
menurut Brendley, kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang
terbatas. Hal ini diperkuat oleh Salim yang mengatakan bahwa kemiskinan
biasanya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan
hidup yang pokok. Sedangkan Lavitan mendefinisikan kemiskinan sebagai
kekurangan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi, dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengaruh
pertumbuhan penduduk dan kebudayaan dapat mempengaruhi perubahan sosial, Perbedaan-perbedaan itu menunjukkan perubahan baik
dibidang ekonomi, politik, hukum, pendidikan, maupun kesehatan. Terutama pada
perubahan bidang sosial. Sehingga perkembangan sosial pada saat ini
mengangalami modernisasi dan kebanyakan sudah meninggalkan kebiasaan sosial
pada jaman dahalu yang erat akan budaya nya masing masing.
DAFTAR PUSTAKA